Sabtu, 01 Desember 2012

Cleopatra Graduate?




malam ini  24 November 2012 pukul 00:15 wib Fans JKT48 kembali di kejutkan oleh salah satu twitt dari member Generasi Pertama Cleopatra. setelah sebelumnya kita tahu Neneng Rosdiana sudah resmi Graduate dari JKT48. kini giliran Cleopatra yang menyatakan dirinya akan graduate lewat akun twitternya @cleoJKT48

"Mohon maaf para fans JKT48 dan terutama Cleovers. Mulai malam ini, Cleo bukan lagi member JKT48,"  
"Cleo mohon maaf yang sebesar-besarnya jika memang Cleo ada salah baik disengaja ataupun tidak disengaja. Cleo berharap para fans JKT48 terutama Cleovers dapat mengerti perasaan Cleo saat ini."
ucap dia di akun twitternya.

tidak lama setelah itu twitt-twittnya juga langsung di hapus oleh Official, sama seperti kejadian saat Neneng Rosdiana memberikan statment graduatenya melalui twitter. entah kenapa pihak JOT masih berfikir dengan menghapus twit-twitt itu seakan masalah akan selesai. bukan memberikan klarifikasi langsung atau sekedar memberikan sedikit penjelasan agar Fans bisa lebih tenang.


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/11/cleopatra-graduate.html#ixzz2Do1GgKCt

Fanpage Official member JKT48 Gen 2





malam ini, pihak Official JKT48 sudah mulai membuatkan akun Fanpage member JKT48 Gen 2 di Facebook. ini adalah kali keduanya pihak JOT membuatkan Akun Social Media Gen 2 setelah Twitter. 31 akun Fanpage sudah bisa di Like oleh Fans di jejaring sosial Facebook. berikut list Fanpage JKT48 Gen 2 nya:

Alicia Chanzia

Althea Callista

Annisa Athia

Cindy Yuvia

Della Delila

Dellia Erdita

Dena Siti Rohyati

Dwi Putri Bonita

Fakhriyani Shafariyanti

Intar Putri Kariina

Jennifer Hanna

Jennifer Rachel Natasya

Lidya Maulida Djuhandar

Nadhifa Karimah

Nadila Cindi Wantari

Natalia

Noella Sisterina

Novinta Dhini

Nurhalima Oktavianti

Octi Sevpin

Olivia Robberecht

Priscillia Sari Dewi

Ratu Vienny Fitrilya

Riskha Fairunissa

Rona Anggreani

Saktia Oktapyani

Shinta Naomi

Sinka Juliani

T. Thalia

Thalia Ivanka Elizabeth 

Viviyona Apriani


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/11/fanpage-official-member-jkt48-gen-2.html#ixzz2Do13zZNY

1st gen anniversary




2 November kemarin adalah tepat satu tahun dimana Gen1 JKT48 resmi menjadi member. Jika setahun lalu berjumlah 28, maka sekarang ada 24 bidadari cantik yang selalu mewarnai hati para penggemar.
Dengan banyaknya di selingi gosip yang beredar minggu-minggu ini, banyak orang berspekulasi bahwa ada berita yang tidak enak. Ternyata pada hari Jumat kemarin, theater JKT48 dibanjiri air mata oleh para member dan sebagian fans.


Pada saat Jiko, setiap member menceritakan kisah mereka dari setahun yang lalu hingga kini berdiri di theater permanent JKT48. Cleo yang memulai banjir air mata di theater, menceritakan pengalaman dia ketika pertama audisi, ketika ia belum menjadi siapa – siapa, ketika awal JKT48 belum punya banyak fans hingga sekarang berdiri dan tampil di panggung theater permanent JKT48.
Mova, menceritakan pengalamannya saat casting di pinggir jalan, kesannya ketika pertama kali bergabung dan belum kenal banyak member, harus sering bolak – balik Bandung-Jakarta-Bandung. Brelatih gerakan dance. Semua dilalui Mova hingga sekarang ia berdiri di panggung theater dan punya banyak fans.


Jeje yang berusaha tegar untuk tidak menangis pun akhirnya menangis karena mengingat perjuangan dulu ketika audisi, ia tidak yakin lolos, tapi Sonya meyakinkan Jeje bahwa ia pasti bisa lolos dan meraih mimpi bersama untuk tampil di Jepang.
Ketika ancore, para fans berteriak “Gen Satu”. Itu adalah wujud support dari para fans yang telah mendukung Gen Satu selama ini. selalu mendukung 24 bidadari tak bersayap ini untuk selalu semangat dan berusaha keras.
Selama setahun, member JKT48 telah bersama, dan pastinya juga bersama dengan para fans dan dukungannya yang hebat. Selalu dukung idola kalian yah.


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/11/1st-gen-anniversary.html#ixzz2Do0onwuL

Kalung Bertuliskan Stella




Kalung Bertuliskan Stella


Aku berjalan di lereng gunung yang suasananya sangat sejuk. Aku terus naik keatas dan kutemukan tempat untuk singgah sejenak. Tapi tak ku sangka disana ada seorang gadis yang manis parasnya, rambutnya terurai panjang, dan senyumnya sangat menawan. Kucoba tuk dekati gadis itu dan berkenalan dengannya.

“Hai! Siapa nama kamu? Apa aku boleh kenalan sama kamu?” tanyaku pada gadis tersebut.
“Iyaa, namaku Stella. Boleh kok kalau mau kenalan. Nama kamu siapa?” jawabnya dengan senyuman yang ramah.

“Ohh, Stella ya? Kenalin, aku Hilman. Kamu ngapain duduk sendiri disini? Mana hampir senja lagi. Apa kamu nggak dicari orang tuamu?” tanyaku panjang lebar.

“Aku udah izin orang tuaku kok. Lagian aku disini juga buat lihat matahari terbenam. Indah banget kalau dilihat dari puncak seperti ini. Lagi pula aku nggak sendiri, di tempat yang sana juga banyak orang tuh.” Jawabnya sambil menunjuk ke tempat duduk yang lain.

“Hmmm, begitu rupanya. Yaa, yaa. Boleh aku temenin kamu disini? Boleh dong?” bujukku.
Agak lama Stella menjawab pertanyaanku, akhirnya dia mengizinkan aku. Lama aku dan dia ngobrol bersama. Kami membicarakan banyak hal, terutama soal music. Tidak aku sangka, dia sangat menyukai music dan juga suka bernyanyi.

Hari semakin larut. Aku dan Stella pulang kerumah kami masing-masing. Aku tak sabar ingin mendatangi tempat itu lagi dan bisa ngobrol panjang lebar dengannya. Aku harap hari esok segera datang..

“Kring… Kring…” suara alarm jam aku pun berbunyi menunjukkan bahwa sudah pukul sembilan pagi. Aku bangun dan segera mandi. Lalu aku bergegas makan pagi setelah itu. Aku sudah tidak sekolah karena aku sudah bosan. Aku berencana untuk langsung mengikuti UNAS saja, dan sekarang aku fokus ke musikku 

terlebih dahulu. Aku menyalakan computer dan membenahi aransemen musikku yang kurasa masih kurang. Lama sekali aku melakukan itu. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan jam setengah lima sore. Aku mandi, makan dan menuju ketempat special bagiku. Kali ini aku membawa gitarku kesana. Tapi Stella 

belum ada. Aku sedikit sedih. Maka aku pun menyanyikan lagu favorit aku, “You Are Not Alone” karangan The King Of Pop. Aku selalu menyanyikan lagu itu saat kesepian.

Tiba-tiba saja dari belakang ada yang menepuk pundakku sambil berkata, “Hayoo, lagi nungguin siapa?”. Tentu saja aku merasa kaget. Tapi aku mengenali suara itu dan aku yakin itu dia. Seraya aku menjawab,”Nungguin kamu”. Dia hanya tersenyum saja. Stella memulai pembicaraan.

“Tumben kok bawa gitar segala? Mau ngamen yaa? Hahaha.” Tanyanya sambil meledekku.
“Yeee, enggak tahu! Aku bawa gitar untuk nyanyi aja. Siapa tahu kamu mau nyanyi bareng aku.” Jawabku sambil berharap.

“Yaudah, iringin aku lagu Adele bisa nggak? Kalau nggak bisa ya aku nggak mau.” Pintanya.
“Yang judulnya apa? Lagunya Adele kan banyak.” Tanyaku.
“Yang judulnya “Someone Like You”. Jawabnya.

Aku hanya senyum dan mulai memainkan gitarku. Aku tak menyangka kalau dia juga menyukai lagu ini. Aku sangat bahagia saat itu.

Stella mulai bernyanyi kata demi kata, bait demi bait. Suaranya sangat bagus. Aku merasa sangat nyaman saat itu. Tapi aku tidak tahu apa dia juga merasakan hal yang sama. Kami baru dua hari bertemu, tapi aku merasa senang saat bersama dia. Cara bicaranya, tingkah lakunya, seperti sudah lama aku kenal.

Akhirnya lagu yang dinyanyikan pun selesai. Kami berdua tertawa menyudahi lagu itu.
“Gimana suaraku? Bagus enggak?” Tanya Stella.
“Bagus kok. Kenapa nggak jadi penyanyi aja sih?” tanyaku balik.
“Aku pengin jadi penyanyi, cuman aku belum menemukan jalannya. Sekarang aku juga udah punya 

job sampingan kok, jadi model. Eh, tapi cuman model biasa sih, belum terkenal banget. Tapi aku percaya, suatu hari aku bisa jadi penyanyi. Apapun yang kita lakukan tidak akan sia-sia, entah hasilnya sekarang atau nanti.” Terangnya panjang lebar.

“Iyaa. Aku percaya kok kamu pasti bisa. Aku akan dukung kamu dari sekarang. Karena aku juga punya cita-cita yang sama ma kamu. Semoga semua itu juga bisa tercapai.”

Stella hanya tersenyum manis dan mengatakan terima kasih.
Hari sudah larut. Karena asik bernyanyi dan ngobrol, kami tidak melihat matahari terbenam saat itu. Kami berdua turun dan pulang kerumah.

Walaupun kami sudah dekat, kami tak pernah punya pikiran untuk berpacaran. Kami lebih suka bersahabat seperti ini karena kami bisa bebas dan tidak terikat aturan apapun.

(*)

Sudah lebih dari sebulan aku dan Stella menjalin persahabatan. Aku sempat menciptakan lagu untuk kami berdua dan berharap suatu hari aku bisa menyanyikan lagu itu bersamanya. Tapi hal yang menyedihkan justru terjadi setelah itu. Kami bertemu ditempat special kami untuk terkahir kalinya.

“Maafin aku yaa, mungkin ini terakhir kali bisa ketemu kamu disini.” Ucap Stella sedih.
“Apa? Memang kenapa? Kamu mau pindah rumah?” tanyaku kaget.
“Bukan, aku keterima audisi idol group sebagai penyanyi dan penari. Dan audisi finalnya sudah tidak lama lagi.” Jawabnya.

“Ohh, selamat ya. Akhirnya mimpi kamu bisa tercapai juga. Aku ikut senang.”
“Kamu enggak sedih kan? Enggak marah kan sama aku? Tanyanya.
“Enggak kok, aku malah bahagia. Kamu bisa meraih mimpimu. Dari awal aku kan udah bilang untuk 

dukung kamu. So, whatever it takes, I will be. Walaupun mungkin kita berpisah, aku tetep inget kamu. Tak peduli walaupun musim berganti, dan waktu berlalu tanpa kamu, kamu selalu dihatiku. Kamu sahabat aku, dan aku selalu dukung kamu.” Terangku panjang lebar.

“Terima kasih yaa. Aku akan selalu inget kamu juga. Walaupun aku terkenal nanti, kamu masih sahabatku. Dan selalu seperti itu. Terima kasih.” Ucapnya sambil terharu.

Dihari perpisahan itu juga aku memberikan kalung bertuliskan “Stella” untuknya. Aku berharap dia mau menggunakan itu. Dimanapun, dan kapanpun.

“Aku punya kalung, tulisannya sesuai dengan nama kamu. Aku harap kamu mau pakai ini dimanapun dan kapanpun sebagai tanda kalau kamu masih inget sama aku. Kalau ada hari dimana kamu nggak pakai 

kalung ini, saat itu juga kamu melupakan aku. Dan kalau kamu merindukan aku, pakai kalung ini dan semoga rasa rindumu berkurang. Pakai yaa..” pintaku pada Stella.

Dan dihari itu pula Stella mulai mengenakan kalung dariku. Aku bahagia, begitu juga dia.
Kami mengakhiri perpisahan itu dengan menyanyikan lagi lagu yang pertama kali kita nyanyikan, 

“Someone Like You”. Selesai itu, kami pun pulang. Kami memulai kehidupan baru. Aku menjalani hariku tanpa Stella, dan Stella menjalani lembaran barunya sebagai seorang entertainer.

(*)


Setelah sebulan tak mendengar kabarnya, aku mendengar ada sebuah idol group yang sedang
naik daun di Indonesia. Aku sempat berpikir, apakah ini idol group yang dimaksud Stella? Apakah 

diajuga menjadi salah satu anggota dari group tersebut? Aku masih belum tahu, dan aku mencari tahu. Aku mencari info ke google tentang idol group yang di panggil dengan sebutan JKT48 itu.

Dan ternyata benar. Stella Cornelia adalah salah satu anggota dari group tersebut. Aku langsung
merasa sangat bahagia. Aku mulai berpikiran bahwa dia mungkin sudah melupakan aku. Janjinya yang dulu dia katakan padaku mungkin sudah pudar. Sesaat pun aku kembali masuk dalam perasaan sedih.
Aku menyanyikan lagu yang sering aku nyanyikan stelah Stella pergi.


Dihatiku kau takkan berubah, selamanya takkan pernah terganti.
Semakin kurasa sepi, semakin kuingat kau.
Lagu ini selalu kuingat, tiap kunyanyikan terbayang dirimu.
Tak peduli waktu berlalu, kau selalu dihatiku..



 Begitulah kiranya aku bernyanyi. Aku menyudahi itu. Aku kembali melihat foto-foto Stella bersama member yang lainnya. Ada satu foto dimana aku melihat dia menggunakan kalung yang

dulu aku berikan. Sontak aku kembali bahagia. Sangat bahagia. Aku mencari foto lain, dan ternyata
banyak sekali foto yang menunjukkan bahwa kalung pemberianku masih dia gunakan. Dia belum melupakan aku. Aku yakin.

Aku langsung mencari info lebih detail lagi tentang idol group yang satu ini. Setelah tahu
banyak tentang sister group AKB48 dari jepang ini, aku memutuskan untuk menjadikan Stella Cornelia sebagai oshimen aku. Aku akan terus mendukungnya seperti sebelumnya.

(*)

Sudah hampir setahun Stella dan JKT48 melalang buana di industry music Indonesia. Dia telah mencapai mimpinya bersama JKT48. Aku selalu ingat kata-katanya, “Apapun yang kita lakukan

tidak akan sia-sia, entah hasilnya sekarang atau nanti.” Stella menjadi inspirasiku. Kini saatnya aku
menunjukkan padanya bahwa aku juga bisa mencapai mimpiku. Dan saat mimpiku itu tercapai, aku akan bertemu lagi dengannya.


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/09/kalung-bertuliskan-stella.html#ixzz2DnvKPSah

Sebatas Melody



Sebatas Melody


Aku terbangun. Kepalaku masih pusing dan berat, tapi Melody sudah di hadapanku dan tersenyum padaku. Rambutnya yang panjang dan sedikit berwarna hi-lite, senyumnya membuat aku makin semangat untuk beranjak dari kasur.

Kutatap matanya yang terus menatap mataku. Senyumnya kini makin manis. Ku belai sedikit rambutnya. Kini matanya menatap ke jam dinding yang berada di belakangku. Aku mengambil handuk lalu bergegas ke kamar mandi.

Ku starter mobil. Suara Melody kini terbisik di telingaku. Karena masih pagi kubuka kaca mobilku, wajah Melody terpantul di kaca, ia tersnyum kepadaku. Selama perjalanan menuju kampus suara Melody makin merdu.

Sesampainya dikampus aku mencari parkiran. Aku tidak dapat parkir dekat dengan gedung kuliahku. Setengah jam lebih aku mencari parkiran tetap tidak dapat. Sebagai senior aku gagal.

Kuparkir agak jauh dari gedung kuliahku. Lantunan Melody makin pelan. Sebelum keluar mobil, aku memegang pipi Melody dulu, senyumnya makin manis padaku. Aku keluar mobil dan Melody di mobil menungguku. Kubawa berkas fotokopian dan binder saja.

Matahari makin terik. Aku bergegeas menuju mobilku tak sabar bertemu Melody yang menungguku. Dari jauh orang-orang mengerubungi mobilku.  Langkahku makin cepet mencari tahu apa yang terjadi. Pintu mobilku terbuka. Tepat pintu mobil tempat duduk Melody menungguku.

“Melody!!” teriakku keras. Orang – orang kerumunan itu melihat ke arahku.
Aku mencari Melody di mobil tidak ada.
“Mana Melody??” tanyaku tegas kepada orang – orang yang berada mengerubungi mobilku.

Satu orang maju kehadapanku dan bicara dengan gugup. Seorang pria, botak, dengan perawakan lebih muda dariku. Ya, itu adalah junior dikampusku. Setiap junior wajib botak di semester pertamanya.

“A..Aku melihat seseorang berjaket jeans biru membawanya”gugup suaranya kepadaku.
“Kemana dia? Apa Melody terluka?” tanyaku sambil menarik kerah bajunya.
“Dia lari, ke arah...” junior itu menunjuk ke arah sebuah gang.

Aku berlari menuju gang itu. Ketika aku ingin masuk ke gang, seorang teman menarikku. “Lo tau kan itu gang isinya preman kampus semua dari macem-macem jurusan?”. Aku menghiraukannya.

“Gue gak rela Melody di ambil sama orang lain.”
Aku memulai langkah di gang itu. Beberapa mahasiswa garis keras menatapku.  Badan mereka lebih besar, wajah mereka lebih seram daripada aku. Seorang berbadan besar menghampiriku.

“Ada yang nyasar nih kayaknya..” sapa orang besar itu kepadaku.
“Gue lagi cari Melody.” Ujarku.
“Ha? Melody?” Orang itu heran.

“Bro, apa ada orang yang berperawakan badannya gak lebih tinggi dari gue, pake jaket jeans?” tanyaku pada orang itu.
“Oh..Si Ndeso. Ada urusan apa lo sama dia?”. Jawab pria berbadan besar.
“Dia bawa kabur Melody”. Ucapku.

Pria itu nampak kesal denganku. “Lo daritadi bikin gue bingung, siapa sih Melody? Seberapa penting dia buat lo?”.

 Aku mulai kesal, pria itu membuang waktuku. “Melody penting buat gue, elo yang gak penting buang waktu gue”
Pria itu makin kesal. “Ini daerah gue, elo jangan sok jagoan disini, gue jagoannya!!” Pria itu mendorongku keras.

Aku bangun dan menendang kepalanya. Ia tersungkur. Beberapa temannya datang menghampiriku.
Kuambil bambu panjang yang ada di dekat selokan. Kuhantam semua kepala preman katro itu. Keinginanku mengejar Melody sepertinya memberiku kekuatan untuk melawan cecunguk itu. Aku segera berlari.

Nafasku terengah-engah. Kulihat sekelilingku tak ada orang yang mirip dengan si Ndeso. Aku berjalan pelan sambil perhatikan sekelilingku. Di sebuah warung, ada seseorang dengan jaket jeans membeli rokok ketengan. Ia membakar rokoknya, mengembuskan asap. Aku mulai mendekatinya. 

“Melody” ucapku kepada pria itu.
Pria itu menatapku. Ia membuang rokoknya dan segera berlari. Aku mengejarnya,  demi Melody kukerahkan seluruh tenagaku. Kutangkap pria itu dari belakang. Ia melawan. Tapi aku lebih kuat.
Ku seret dia ke sebuah warung yang tutup. Kutarik kerah bajunya. Kepalanya kujedotkan ke tembok kayu.

“Dimana Melody?” Tanyaku. Pria itu diam.
Aku hantam kepalanya dengan tembok dibelakang kepalanya.
“Dimana Melody?”. tanyaku keras
“Seingin itukah kau memilikinya?” balas si pria berjaket, kali ini aku yang diam.
“Jangan pernah terlalu cinta dengan sesuatu. Jika hilang baru tahu rasanya saat ia tak ada”. Lanjut pria itu.
“ini bukan perasaan cinta. Tapi ini perasaan, yang tak ingin kehilangan dan memiliki dia.” kataku.

Pria itu mulai mengucap sesuatu dari mulutnya.

“Basement, tower kampus, jam 7 malam.” Aku melepas cengkramanku.
“Kenapa Melody bisa ada disana? Dengan siapa Melody disana?”
“Jangan mencari tahu jawaban yang tidak ingin kau tahu.”
Aku berdiri meninggalkan pria itu. Saat berjalan, pria itu berteriak kecil padaku.
“Kau bisa cari Melody yang lain.” Aku melanjutkan jalanku dan menghiraukan dia.

*

Malam tiba. Aku mulai masuk ke basement tower kampusku. Di lorong itu, aku berdiri sendiri. Tidak ada orang lain. Berkali-kali aku melihat jam tanganku. Penasaran aku menanti siapa orang yang membawa Melody.

Dari arah belakangku, ada seorang temanku. Temanku dari awal masuk kuliah. Ia berjalan ke arahku sambil membawa Melody. Melody masih bisa tersenyum manis padaku. Tapi kali ini dia diam tak bersuara.

“Melody...” kataku sambil menatap senyum manisnya.
“Hebat, gue kira lo ngga bakal sanggup lewatin preman – preman gang itu”  Kata temanku itu.
“Jadi, preman sama orang yang tadi?” Tanyaku heran
“Iya, ini semua rencana gue buat dapetin Melody. Kita emang temenan dari dulu. Tapi kalo masalah Melody, keberuntungan lo milikin dia cukup sampe malem ini.” Kata temanku.
“Serahin Melody ke gue!!” mintaku pada temanku.
Ia hanya tersenyum. Tiba-tiba, “DUGG!!” aku pingsan.

*


Sebuah percikan air muncrat di wajahku. Aku duduk dan diikat disebuah kursi. Didepanku ada 3 preman gang dan temanku.

“Dimana Melody?”. Tanyaku keras pada orang – orang itu.
”Melody sekarang udah jadi milik gue. Gue harap lo gak usah cari dia lagi. Atau gue Dor kepala lo”   Ancam temanku padaku. Sebuah pistol berada di depan wajahku.

“Gue dapetin Melody susah payah, dan sekarang lo pengen ngerebut dia dengan cara kayak gini? Mending lo pecahin kepala gue daripada gue liat lo sama Melody dengan cara kayak gini.”
 “DOR!!!!” sebuah peluru masuk ke kepalaku. Ujung pistol itu masih berasap. Aku tersungkur jatuh. Terlihat darah berlumuran di lantai. Tatapanku makin gelap. Yang bisa kulihat dan kurasa hanya sebatas Melody.


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/09/sebatas-melody.html#ixzz2Dnv3xiQK

Kakak Kedua-ku



KAKAK KEDUA-KU



‘Kereta Api Progo AC dengan tujuan Bandung telah memasuki lintasan 3, para penumpang diharapkan untuk tetap tertib. Terimakasih’


Suara pengumuman di dalam stasiun dan segera aku mencari gerbong dan tempat duduk sesuai dengan tiket yang ada di tanganku. Ini pertama kalinya aku naik kereta setelah lebih dari 7tahun yang lalu. Perasaanku sedikit takut tapi apa boleh buat, cuma ini yang bisa membuatku tenang sejenak.

‘Coklat.. coklat.. coklat.. coklat spesial di hari valentine, coklatnya Pak?”, kata pedagang asongan yang menawarkan coklat ke orang kursi sebelah.
Aku pakai headsetku dan memutar lagu-lagu pop rock dari MP4-ku. Beberapa menit kemudian, keretapun mulai berjalan.

Ini adalah hari ke-3 aku meninggalkan rumah setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat aku berfikir betapa tidak dibutuhkannya aku dalam keluargaku. Fifin, saudara kandungku yang lebih muda dariku 5tahun, ia dipuja mati-matian oleh ibu dan ayahku. Aku selalu dijadikan bahan pembanding dengannya mulai dari A sampai Z. Kejadian itu hampir setiap hari setelah kepergian kakak perempuanku. Dan tiga hari yang lalu adalah klimaks dari permasalahan itu sehingga aku bertekad untuk pergi dari rumah.

Hanya dengan modal menjual ponselku demi meninggalkan rumah itu, beberapa potong baju, 2 celana jeans, sepatu dan jaket yang sedang aku kenakan.

***

Bandung i’m coming !! Pagi hari, pukul 07.25 aku sampai di Stasiun Kiaracondong. Tepat seperti yang tertulis di tiket kereta bahwa kereta akan sampai pada jam tersebut.

Turun dari kereta aku langsung menuju tempat penginapan yang kemarin sudah aku booked. Benar-benar dengan nekatnya aku memberanikan diri menginjakkan kaki di kota orang yang sebelumnya aku belum pernah sekalipun kesini. Tak apalah, mungkin hanya sekali seumur hidup aku bertindak bodoh seperti ini, candaku dalam hati.

Sesampainya di penginapan aku langsung rebahan sejenak dan berpikir apa tujuanku hari ini. Kriik kriikk.. benar-benar sangat sepi suasana di penginapan karena saat itu memang bukan musim liburan jadi sedikit yang menginap. Aku melihat kertas yang tertempel di dinding, aku beranjak dari tempat tidur dan membacanya. ‘Rental motor’ dan ‘Kawah putih’, dua kata menarik yang ada dalam kertas itu. Nah ! Ide gilaku pun muncul.

Langsung aku menuju ke Front Office dan menanyakan tentang rental motor dan arah menuju Kawah Putih. Sekitar 10 menit aku berbincang dengan pegawai tersebut dan sudah ku tetapkan untuk menyewa motor untuk pergi ke Kawah Putih hari itu juga.

‘breemm.. breemm’ suara motor matik yang aku sewa, akupun berangkat.
Instingku dalam mencari jalan menuju Kawah Putih sudah dimulai. Beberapa kali salah jalan dan memutari jalan sampai dua kali yang memakan waktu hampir 3,5 jam akhirnya aku sampai juga di Kawah Putih. “This is ‘My First Extreme Experience’ !”, gumamku.

***

Waktu menunjukkan pukul 13.00. Aku berjalan mengelilingi daerah itu, memotret objek-objek yang menurutku menarik. Namun, ditengah asiknya memotret

ada seseorang yang membuatku penasaran. Sesosok perempuan yang sedang menundukkan kepala yang disenderkan di lutut yang sedang ditekuk. Bentuk tubuh dan potongan rambutnya persis seperti.. Ah, kenangan itu kembali lagi. Keceriaanku tiba-tiba berubah menjadi sendu. Cukup lama aku terdiam merenung sambil mengamati perempuan yang tidak berada jauh dariku.

Sesekali aku mendengar isakan tangis. Perlahan aku dekati perempuan itu dan ternyata itu adalah suara tangisannya. Suasana disitu sepi sekali, hanya ada aku, perempuan itu dan segerombolan orang bule yang sedang berwisata.

“Permisi, maaf mengganggu sudah hampir 1jam lebih aku mlihat kakak menundukkan kepala sambil menangis. Apa ada yang bisa saya bantu?”, aku bilang kepadanya. Karena memang aku tidak tega jika melihat seseorang sedang bersedih sendirian.

Sepertinya perempuan itu sedikit kaget karena kedatanganku, dia segera  menengok ke arahku sambil mengusap air matanya dengan lengan bajunya. “Oh tidak apa-apa, aku memang sudah biasa disini sendiri. Lagipula tempat ini tidak jauh dari rumahku”, jawabnya dengan lembut dan sedikit tersenyum.

“Tapi aku liat kakak menunduk terus daritadi dan sesekali menangis, aku takut kakak kenapa-kenapa disini. Kakak kenapa?”, kataku dengan wajah khawatir.
“Kamu pendatang ya?” Dia mengalihkan pembicaraan.

“Iya, memang kalo pendatang tidak boleh bicara dengan orang Bandung ya Kak?”,celetukku. Karena terlihat sekali logat Sunda yang diucapkan perempuan itu.

“Bukan begitu, sepertinya kamu juga sendirian disini. Seharusnya kamu yang lebih berhati-hati karena disini rawan”

“Sudahlah kak, jangan mengalihkan pembicaraan. Masa bodoh dengan aku. Aku cuma tidak mau melihat kakak murung seperti ini”

Dahinya sedikit mengerut dan sedikit menaikkan alisnya. “Masa bodoh? Maksudnya? Ada apa dengan kamu?”

“Emm sbelumnya kenalkan aku Firanny, panggil aku Fira, kakak siapa?”. Aku ganti mengalihkan pembicaraan.

“Aku Melo, Melody. Bolehkah aku dengar ceritamu?”
Aku merasa perempuan itu mulai curiga dengan jawaban spontanku tadi. Tapi aku juga lebih curiga kenapa dia ingin tau cerita tentangku.

 “Sepertinya sudah mulai sore Kak. Gimana kalo kita pulang saja? Rumah kakak dimana? Biar aku antar pulang” Sengaja aku alihkan pembicaraan lagi.
“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri kok. Maaf kalo tangisku tadi menyusahkan kamu”, katanya dengan wajah agak memelas.

“Enggak kok Kak. Nggak apa-apa. Ayo Kak aku antar pulang. Biar ku pastikan kakak tidak kenapa-kenapa dijalan”, kataku dengan sedikit memaksa.
Dia terdiam sesaat, sedang berfikir tampaknya.

“Oke, baiklah, tapi tidak usah antarkan aku pulang. Cukup antarkan aku ke suatu tmpat saja ya?”

“Iya kak”, jawabku dengan penuh senyum.
Kita pun memulai perjalanan turun menuju kota dengan motor matik yang ku sewa tadi pagi. Ditengah perjalanan...

“Hei kamu, maaf tadi siapa namamu? Ak lupa karna tadi sedang tidak konsen”, tanyanya dengan sedikit teriak karena laju motor agak ku kebut.

“Firanny kak, panggil Fir atau Fira saja” Sambil ku pelankan gas motor yang ku kendarai.
“Oh iya Fira. Kamu sudah hafal jalan-jalan disini?”
“Belum sama sekali Kak”

“Lah kamu aja belum tau jalan kok mau ngantar pulang, terus kamu gimana pulangnya nanti? Dasar!”, jawabnya dengan kesal.

“Hehe ya tanya-tanya kak, aku juga bawa peta sama GPS kok”, candaku ke Kak Melo.
“Tapi itu kan belum tentu valid”, jawabnya dengan kesal lagi.
“Ya resikolah. Ini kita mau kemana Kak?”
“Ini nanti sampai di jalan besar kamu belok kanan, sampai perempatan belok kiri terus lurus terus sampai ada semacam tugu kamu belok kanan, nah nanti kan ada......”
Belum selesai dia berbicara panjang lebar sambil menunjuk-nunjukkan arah, aku potong kata-katanya,“Udah udah Kak, jangan panjang-panjang. Bingung aku nanti” Sambil aku turunkan tangannya dari samping mukaku.

 “Hahaha, iya iya. Maaf deh” kata Kak Melo dengan cekikikan.
Langsung ku gas motor itu dengan sedikit knecang karena sudah mulai petang. Jam setengah 7 tepat aku sampai di lokasi yang diarahkan Kak Melo.
Kafe yang begitu fantastik dengan lampu sedikit remang-remang juga ditambah suasana yang tidak begitu ramai menambah ketenangan saat memasuki kafe ini. Kak Melo pun memesan makanan untuk kita berdua.

“Kak tempatnya keren banget, betah deh disini seharian”, kataku sambil melihat sekeliling kafe. Karena kafe ini benar-benar memiliki view yang sangat indah.
“Yakin betah?”
“Iya, suer Kak!”
“Yaudah kita semalaman disini aja, aku malas pulang juga soalnya” , jawabnya santai sambil memainkan ponselnya.
Aku kaget ketika Kak Melo menjawab seperti itu, aku kira kata-katanya tadi hanya candaan saja.
“Serius Kak??”
“Iya serius”, jawab Kak Melo dengan senyum, ditambah lesung pipit nya yang membuat ia semakin terlihat sangat manis.
‘Because you had a bad day. You're taking one down. You sing a sad song just to turn it around. You say you don't know~’
Ponsel Kak Melo berbunyi.
“Iya halo fries. Ooh, tolong bilang ke Teteh kalo Teh Melo lagi ada kerjaan ya? Mungkin besok pagi pulangnya. Iya.. Iya.. Oke, kamu jangan tidur malem-malem ya. Daaa” Kak Melo menyudahi telfonnya.

“Itu siapa Kak?” , tanyaku
“Oh itu Frieska, adikku. Yuk kita lanjutin tentang yang di kawah tadi”
Hampir 2 jam kita bercerita dan aku tau identitas, asal usul, dan keluarga Kak Melo, begitupula sebaliknya. Sekarang aku tau kenapa aku yang dijadikan tempat curhatnya saat ini dan itu sebabnya aku mau menceritakan masalahku kepada Kak Melo.

“Fir, kamu janji ya nggak akan bilang-bilang tentang ini?”
“Iya Kak. Janji !”, jawabku dengan tegas.
Lagi-lagi Kak Melo tersenyum manis dan tampaknya dia memang benar-benar mempercayaiku.

“Makasih ya Fir, belum pernah aku bertemu orang seperti kamu. Baru kenal tapi sudah memperhatikan kesusahan oranglain. Aku salut sama kamu” Sambil menepuk bahuku.

“Ini sudah sifatku dari kecil Kak. Aku juga bersyukur baru pertama ketemu member JKT48. Nggak nyangka baik gini, biasanya kalo udah jadi idol kan cuek+jutek”, sindirku dengan ketawa dan Kak Melo langsung mencubitku.

Jujur sebelum pertemuan ini aku sama sekali belum tau Idol Grup JKT48, apalagi anggota-anggotanya. Dan ini adalah hari pertamaku tau apa itu JKT48 langsung dari anggotanya.

“Eh, kamu kalo mau wifi-an, wifi-an aja. Gratis kok. Aku mau tidur dulu yaa”, kata Kak Melo
“Siap kak !”
Aku nyalakan laptopku dan mulai browsing. Baru beberapa menit saja Kak Melo sudah tertidur pulas disampingku. Aku kasihan sekali melihat wajahnya yang tampak sangat kelelahan. Dan beberapa jam kemudian aku tertidur juga.

***

“Maaf mbak, sudah jam 7 pagi”, kata salah seorang karyawan menepuk pundakku.
Aku tersentak kaget dan terbangun. “Oh iya mas, makasih yaa”, jawabku.
Aku melihat laptopku sudah tersimpan rapi di tas. Meja yang tadinya penuh akan

 makanan juga sudah bersih. Aku tidak melihat Kak Melo disekitarku. Ah, mungkin Kak Melo sedang ke kamar mandi pikirku. Aku mengusap muka dan merapihkan rambut dan baju. Sudah 10menit lewat Kak Melo tidak datang juga, aku coba mencarinya di kamar mandi tapi tidak ada. Aku bertanya kepada karyawan kafe itu satu per satu pun tidak ada yg tau. Aku mulai panik.

"Hanya karena masalah seperti itu seharusnya kamu tidak sampai kabur ke tempat jauh seperti ini. Kasihan orang tua kamu, mungkin sekarang mereka sedang mengkhawatirkanmu. Melebihi kamu yang bukan siapa-siapaku mengkhawatirkanku" Tiba-tiba aku teringat kata-kata Kak Melo semalam.


Setelah beberapa saat termenung, aku keluar dari kafe itu. Sesampainya di area parkir, aku melihat ada 1 amplop putih terselip di stang motorku. Sambil aku duduk di motor, aku baca dan ternyata itu surat dari Kak Melo.

         "Fira, kmu adalah orang asing pertama yang aku percaya menjaga keluhkesahku melebihi kakak dan adikku. Kamu adalah orang asing pertama yang memberiku penuh perhatian dari awal kita bertemu dan tidak saling mengenal. Aku bangga dengan 

         keberanianmu sampai ke kotaku dan aku benar-benar bersyukur bertemu dengan orang yang lucu dan ramah seperti kamu. Karna kamu, perasaanku yang dari kemarin mengganjal kini sudah sedikit lega. Aku mulai bangkit lagi untuk menjalankan tugasku sebagai mahasiswi dan idol. Dan kamu, jaga baik-baik keadaanmu karena aku tidak bisa  menemanimu hari ini. Tetap semangat menjalani hidup dan ingatlah kata-kataku
  
         semalam. Terimakasih, dan sekali lagi terimakasih atas usaha kerasmu dalam mghiburku :) Aku tidak akan pernah melupakanmu.Aku janji suatu saat kita pasti akan bertemu lagi walaupun aku sudah menjadi bintang sekalipun. Tertanda, Melody Nurramdhani Laksani ^_^" 


Tak terasa airmata membanjiri pipiku, aku mulai down, lemah dan tidak tau harus bagaimana cara untuk menemui Kak Melo.


Sebenarnya ada 1 hal yg Kak Melo belum tau. Kak Melo belum tau semua tentang aku kenapa aku bersikap seperti itu. Aku memiliki kakak perempuan tapi ketika aku duduk di bangku SMA dia telah pergi lebih dulu meninggalkan dunia ini karena sakit yang di deritanya. Aku sangat merindukan sosoknya. Viola namanya. Kita sangat dekat dan akrab. Mungkin karena aku dan Kak Viola hanya terpaut 1 tahun, sebaya dengan Kak Melo. Dan wajah Kak Melo sangat mirip sekali dengan Kak Viola, begitu juga dengan nama mereka yang sama-sama berunsur musik.

Cerita panjangnya semalam tidak ada satupun yang membicarakan tentang privasi kita. Alamat rumah maupun nomor telfon. Karna aku rasa hal itu akan berjalan seiring waktu dan tadi malam bukanlah waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu.

Tanpa pikir panjang aku kembali ke penginapan, menyelesaikan biaya-biaya dan mencari tiket untuk pulang ke Jogja. Sedikit demi sedikit aku mulai menerima atas kejadian di rumah, mulai bersikap dewasa seperti apa yang diajarkan Kak Melo dan kini suasana di keluargaku pun menjadi lebih hangat. Sudah tidak ada lagi pertengkaran seperti yang sudah-sudah.

***

Tak terasa makin bertambah bulan makin sering aku mendengar JKT48, terutama nama Melody. Hal itu semakin membuat aku rindu akan Kak Melo dan Kak Viola, 2 sosok perempuan yang telah memberikan aku pelajaran berharga tentang kerasnya hidup ini.

Aku tau Kak Melo sedang fokus dengan double-job nya sekarang, mungkin bisa saja dia melupakan aku. Toh, pertemuan kita sangatlah singkat. Dimatanya aku mungkin memang bukan siapa-siapanya, pikirku.

Hari ini aku berniat untuk nonton Dahsyat di TV, karena katanya ada JKT48. Beberapa menit berlalu, sampailah diujung acara. Lagu JKT48 yang ke-3 “Baby Baby Baby” sebagai lagu penutup.

Selesai acara itu, ku matikan TV. Aku tertawa kecil dan berkaca-kaca mengingat sekilas kisahku dengan Kak Melo saat di Bandung. Betapa singkatnya kisah itu tapi sungguh mengenang. Aku masih belum bisa merelakan menghilangnya Kak Melo dari aku sejak saat itu. Karena aku masih membutuhkan sosok Kak Viola sebagai tempat aku singgah ketika aku sedang senang maupun sedih. Dan cuma dia yang bisa menggantikan Kak Viola yang tidak akan pernah bisa kembali lagi.

***

‘Aitakatta..Aitakatta..Aitakataa..*des des des*’
Suara hapeku berbunyi, nomor tak dikenal menelfonku.
"Halo?", sapaku.
"Iya halo, ini Fira ya?", jawab penelfon itu.
"Iya saya Fira, ada apa ya?" Sepertinya aku mengenal suara ini, tapi aku tidak mengingatnya dengan jelas.
"Ini aku, Kak Melo. Tadi liat Kakak perform di Dahsyat nggak?"
"Ha???!!!!"
"Hehehe, kenapa? kaget ya?", candanya.
Aku shock seketika dan suara di telfon hening beberapa saat.
"Loh kok diem? yaudah deh kakak lagi buru-buru nih, jaga kesehatan ya, jangan sampe kabur-kabur lagi hehe. Daaa"
‘tuuuut tuuuuttt tuuuutt’
Panggilan pun terputus.

Begitu speechlessnya aku mendengar suara Kak Melo sampai-sampai aku tidak bisa menjawab telefon setelah tau bahwa itu darinya dan moodku hari itu hancur berantakan.
Beberapa jam setelah telfon ditutup dan perasaanku mulai tenang aku mencoba untuk menghubungi nomer itu lagi, tapi entah kenapa tidak pernah aktif. Sampai sekarang...


Read more: http://www.jkt48fans.com/2012/10/kakak-kedua-ku.html#ixzz2DnuWK6H6